Jika membicarakan
tentang sex, banyak yang berfikiran ini adalah pembahasan yang di
anggap tabu, apalagi jika ditambah kata education menjadi “sex
education” kesannya malah mengajarkan tentang hubungan sex, sex
education bukanlah pelajaran yang mendidik tentang hubungan
sexsualitas, tetapi lebih kepada pendidikan sistem reproduksi remaja,
karena anak yang baru menginjak dewasa sangat penting jika di berikan
sex education agar mereka mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi
pada dirinya, banyak orang tua yang beranggapan sex education tidak
seharusnya diberikan kepada remaja karena di anggap tabu, dan si anak
akan menghayal tentang sex, karena terkesan vulgar. sebenarnya banyak
yang salah mengartikan tentang ini, pelajaran mengenai sex sangat
penting diberikan, sex dapat di artikan secara luas yaitu segala hal
yang mencakup tentang organ reproduksi, jadi sex education yaitu
pembelajaran mengenai organ-organ reproduksi, anak harus mengetahui
kapan mereka di katakan remaja?, kapan masa pubertas?, apa itu masa
pubertas?, dan apa dampak jika tidak menjaga organ reproduksinya
dengan baik.
Dalam memberikan
pendidikan sex pada remaja juga harus sesuai dengan tingkatan
usianya, agar anak paham dan tidak salah mengartikan kata perkata
yang di jelaskan sehingga mudah dipahami oleh anak dan tergantung
substansi sex education itu sendiri, contohnya anak SD mungkin
dimulai dengan memberikan pengertian kepada mereka perbedaan terhadap
lawan jenis antara laki-laki dan perempuan, siapa laki-laki?siapa
perempuan?, kemudian untuk tingkatan SMP bisa mengenai tentang masa
pubertas dan personal hygiene untuk menunjang keberesihan organ
reproduksinya, karena pada tingkatan SMP adalah awal-awalnya masa
pubertas, mereka harus mengenal apa itu pubertas??bagaimana dampaknya
jika mereka kurang memperhatikan organ reproduksinya terkait dengan
masa pubertas? Dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan sesuai
dengan tingkatannya, dan untuk tingkatan SMA lebih mendalam lagi bisa
mengenai tentang penyakit menular sexsual, seperti mengenalkan kepada
mereka tentang HIV AIDS, dampak dari PMS dan faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang terkena PMS. Bisa juga dengan memberikan
pengetahuan tentang sex pranikah, misalnya dampak melakukan hubungan
sex sebelum nikah dapat menimbulkan PMS, karena tidak adanya
pertahanan tubuh yang diberikan seperti imunisasi TT yang hanya di
dapat ketika menjelang pernikahan, dan dapat juga memberikan
penjelasan tentang perilaku yang beresiko terhadap organ reproduksi.
Semuanya harus menggunkan bahasa yang lazim, yang dipahami oleh anak
dan tidak dengan kalimat yang mengandung unsur porno.
Menurut Sigmund
Freud jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya
adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak
terselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Fiksasi
adalah focus yang gigih pada tahap awal psikoseksual.
Maka anak harus
mengenal tentang pendidikan sex agar mereka mendapatkan kepribadian
yang sehat, bukan untuk mengenalkan hubungan seksual tetapi lebih
kepada menumbuhkan kepribadian yang sehat dengan memberikan sex
education yang sesuai dengan substansi dari masing-masing anak.
Yogyakarta,
30 November 2012 09.55pm
Writter
: Novita Nabilla
STIKes
Madani Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar